Rabu, 12 Januari 2022

Hepatitis C

 Pengertian Hepatitis C

Hepatitis C adalah peradangan pada organ hati akibat infeksi virus hepatisis C. Sebagian penderita hepatitis C dapat mengalami penyakit liver kronis, hingga mengalami kanker hati.

Hepatitis C menular melalui darah, yaitu saat darah penderita masuk ke dalam pembuluh darah orang lain. Selain itu, hepatitis C juga dapat menular melalui hubungan intim tanpa kondom dengan penderita.

alodokter-hepatitis-c

Hepatitis C rentan terjadi bila:

  • Berbagi peralatan pribadi, seperti sikat gigi, gunting, atau gunting kuku, dengan penderita.
  • Mendapatkan prosedur medis dengan peralatan yang tidak steril.

Gejala Hepatitis C

Sebagian besar penderita hepatitis C tidak mengalami gejala pada tahap awal. Hal ini mengakibatkan penderita tidak mengetahui bahwa dirinya menderita hepatitis C hingga kondisi penyakitnya sudah kronis.

Meski demikian, tidak semua hepatitis C berkembang menjadi kronis. Hampir setengah penderita hepatitis C akan sembuh dengan sendirinya.

Gejala biasanya muncul bila infeksi kronis dari hepatitis sudah menimbulkan kerusakan pada hati. Gejala yang dapat ditimbulkan adalah lemas, tidak nafsu makan, dan penyakit kuning.

Diagnosis Hepatitis C

Untuk mendeteksi virus hepatitis C, dokter akan melakukan pemeriksaan darah, yaitu pemeriksaan antibodi terhadap hepatitis C dan tes genetik virusnya sendiri di dalam darah (HCV RNA). Kemudian, penderita perlu menjalani tes lanjutan seperti fibroscan dan biopsi hati, untuk mengetahui tingkat kerusakan hati.

Pengobatan dan Komplikasi Hepatitis C

Sebagian penderita hepatitis C dapat sembuh dengan sendirinya, namun sebagian lainnya menjadi kronis. Penderita hepatitis C kronis dapat mengalami komplikasi berupa sirosis atau kanker hati.

Oleh karena itu, dokter akan menentukan perlu atau tidaknya pengobatan terhadap hepatitis C dengan obat antivirus. Bila penderita hepatitis C sudah mengalami komplikasi, dokter mungkin akan menyarankan transplantasi hati.

Pencegahan Hepatitis C

Belum ada vaksin khusus untuk mencegah hepatitis C. Meski demikian, ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi akibat virus hepatitis C. Langkah-langkah pencegahan hepatitis C, antara lain:

  • Tidak berbagi penggunaan barang pribadi dengan orang lain.
  • Memilih tempat tindik atau tato dengan peralatan sekali pakai.
  • Tidak bergonta-ganti pasangan seksual.
  • Tidak berbagi jarum suntik.

Gejala Hepatitis C

Pada umumnya, hanya segelintir orang yang mengalami gejala saat menderita hepatitis C akut (6 bulan pertama sejak tertular hepatitis C). Berikut ini adalah gejala dari hepatitis C akut yang bisa terjadi:

Setelah terinfeksi hepatitis C, hampir 50% dari penderita akan sembuh dengan sendirinya dalam waktu 6 bulan, namun sisanya dapat berkembang menjadi kronis. Sebagian penderita hepatitis C kronis ini dapat mengalami sirosis atau kanker hati dalam 20 tahun.

Sama dengan fase akut, sebagian besar penderita hepatitis C kronis juga tidak mengalami keluhan, sampai terjadi kerusakan pada hati. Gejala yang bisa timbul akibat hepatitis kronis dan kerusakan hati meliputi:

  • Tubuh terasa lelah sepanjang hari
  • Nyeri sendi dan otot
  • Perut kembung
  • Kulit terasa gatal
  • Nafsu makan menurun
  • Mual dan muntah
  • Mudah memar atau berdarah
  • Gangguan ingatan jangka pendek dan sulit berkonsentrasi
  • Mengalami perubahan suasana hati
  • Penyakit kuning
  • Asites
  • Muntah darah
  • Penurunan kesadaran

Kapan Harus ke Dokter

Mengingat hepatitis C bisa timbul tanpa gejala dan komplikasi dapat berbahaya, Anda disarankan untuk berkonsultasi kepada dokter bila berisiko terkena hepatitis C. Segera periksakan diri juga ke dokter jika mengalami gejala di atas. Gejala tersebut dapat menjadi penanda hepatitis C atau gangguan kesehatan lainnya.

Orang yang sudah terkena hepatitis C dan menjadi kronis perlu berkonsultasi dengan dokter secara berkala sampai dinyatakan sembuh. Dengan deteksi dini dan kontrol secara rutin, komplikasi dapat dicegah atau ditangani lebih awal, sehingga hasilnya lebih baik.

Penyebab Hepatitis C

Hepatitis C adalah penyakit liver yang disebabkan oleh infeksi virus hepatitis C. Infeksi ini menyebar saat darah yang terpapar atau terkontaminasi virus hepatitis C masuk ke dalam pembuluh darah orang lain.

Di bawah ini adalah beberapa penyebab utama dari penyebaran virus hepatitis C:

  • Menggunakan jarum suntik bekas pakai.
  • Berhubungan seks tanpa kondom dengan penderita hepatitis C.
  • Mendapat transfusi darah dari penderita.
  • Menjalani prosedur medis dengan peralatan yang tidak steril.
  • Berbagi penggunaan sikat gigi, gunting kuku, atau alat cukur dengan penderita.

Walaupun kadar virus hepatitis C paling tinggi terdapat di dalam darah, cairan tubuh lain dari penderita hepatitis C juga mengandung virus. Meski demikian, seseorang tidak dapat tertular hepatitis C dari:

  • ASI, kecuali terdapat robekan pada puting susu.
  • Berpelukan, berciuman, dan berpegangan tangan.
  • Berbagi makanan atau minuman dengan penderita hepatitis C.
  • Percikan liur penderita yang bersin atau batuk.

Selain beberapa faktor penyebab di atas, penularan hepatitis C lebih mudah terjadi apabila seseorang memiliki faktor risiko berikut ini:

  • Memiliki pasangan seksual penderita hepatitis C.
  • Melakukan tato atau tindik dengan peralatan yang tidak steril.
  • Merupakan anak yang terlahir dari ibu yang menderita hepatitis C.
  • Menyalahgunakan NAPZA suntik dan berbagi jarum suntik.
  • Merupakan penderita infeksi HIV.
  • Penderita gagal ginjal yang melakukan cuci darah jangka panjang.
  • Bekerja sebagai petugas medis.

Diagnosis Hepatitis C

Dokter dapat mendiagnosis hepatitis C melalui tes darah. Ada 2 jenis tes darah yang dilakukan untuk mendiagnosis penyakit ini, yaitu:

  • Tes antibodi hepatitis C
    Tes ini dilakukan untuk mendeteksi antibodi (kekebalan tubuh) yang dihasilkan tubuh untuk melawan virus. Bila positif, perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk menentukan apakah penyakit hepatitis C menjadi kronis atau tidak. Pemeriksaan antibodi hepatitis C akan tetap positif walaupun seseorang sudah sembuh dari hepatitis C.
  • Tes genetik virus (HCV RNA)
    Jika tes ini menunjukkan hasil positif, artinya tubuh gagal membunuh virus tersebut, dan hepatitis C sudah berkembang menjadi kronis. Tes ini juga dapat menentukan respon pengobatan.

Setelah mengetahui bahwa pasien menderita penyakit hepatitis kronis, dokter akan memeriksa tingkat kerusakan hati pasien dengan beberapa tes tambahan, seperti:

  • Tes darah
    Tes fungsi hati melalui darah dilakukan untuk mengetahui kadar protein atau enzim di dalam aliran darah, yang dapat menunjukkan kerusakan pada hati.
  • Transient elastography (fibroscan)
    Fibroscan dilakukan untuk mengetahui tingkat kerusakan atau mengerasnya jaringan hati.
  • Magnetic resonance elastography (MRE)
    Tes ini juga bertujuan untuk melihat kondisi hati dan mengerasnya jaringan hati.
  • Biopsi hati
    Dengan bantuan USG, dokter gastroenterologi akan mengambil sampel jaringan hati, yang selanjutnya akan diperiksa di laboratorium.

Pengobatan Hepatitis C

Hepatitis C tidak selalu harus diobati. Seperti yang telah dikatakan sebelumnya, hampir 50% penderita hepatitis C akan sembuh sendiri akibat sistem kekebalan tubuh yang baik.

Begitu juga bila infeksi sudah menjadi kronis, tidak semua hepatitis C akan mengakibatkan komplikasi. Oleh karena itu, dokter gastroenterologi akan menentukan perlu atau tidaknya pengobatan.

Bila dokter menentukan diperlukan pengobatan, target dari pengobatan tersebut adalah sembuh, bukan sekadar menekan pertumbuhan virus. Dengan pengobatan terkini, lebih dari 90% penderita dapat sembuh dari hepatitis C.

Pengobatan tersebut meliputi:

  • Obat antivirus
    Obat ini umumnya perlu dikonsumsi 12 minggu, tergantung kondisi pasien. Jika diperlukan, dokter bisa memberikan beberapa jenis obat antivirus. Obat antivirus yang dapat mengobati hepatitis C antara lain adalah sofosbuvir, simeprevir, dan ritonavir.
  • Vaksinasi hepatitis A dan hepatitis B
    Vaksin hepatitis B dan hepatitis A dilakukan untuk mencegah penderita hepatitis C terkena hepatitis A atau B. Hepatitis A dan hepatitis B dapat menimbulkan kerusakan hati tambahan dan memperparah komplikasi dari hepatitis C kronis.

Selain mendapat pengobatan, pasien hepatitis C akan dianjurkan dokter untuk melakukan perubahan gaya hidup, seperti:

  • Berolahraga secara teratur
  • Berhenti merokok
  • Tidak minum alkohol lagi
  • Makan makanan dengan gizi seimbang
  • Tidak berbagi penggunaan barang pribadi, seperti sikat gigi dan alat cukur
  • Menghindari konsumsi obat tanpa anjuran dokter

Pada pasien yang sudah mengalami komplikasi dari hepatitis C, yaitu sirosis atau kanker hati, dokter dapat menyarankan untuk melakukan cangkok hati. Dokter bedah akan menukar hati pasien yang rusak dengan sebagian organ hati dari donor. Setelah cangkok hati, beberapa pasien perlu meminum obat antivirus agar infeksi tidak menyebar pada organ hati yang baru.

Komplikasi Hepatitis C

Sekitar 10% dari penderita hepatitis C kronis dapat mengalami komplikasi. Komplikasi ini umumnya timbul sekitar 20 tahun setelah terinfeksi hepatitis C. Komplikasi yang dapat terjadi akibat hepatitis C adalah:

  • Muncul jaringan parut di hati (sirosis)
    Infeksi hepatitis C yang terjadi selama 20-30 tahun membuat timbulnya jaringan parut yang menggantikan jaringan sehat dari hati. Jaringan parut itu akan menyulitkan kerja hati.
  • Kanker hati
    Selain sirosis, infeksi kronis pada hati juga berisiko menyebabkan perubahan pada sel-sel hati menjadi ganas (kanker hati). Perubahan ini dapat terjadi dalam 20 tahun dan bisa berakibat fatal.

Kedua komplikasi di atas membuat hati berhenti berfungsi, yang dinamakan dengan gagal hati. Gagal hati ditandai dengan penyakit kuning, asites, muntah darah akibat pecahnya varises esofagus, hingga penumpukan racun di otak.

Racun yang tidak dapat diolah oleh organ hati dan menumpuk di otak ini dapat menggangu penderita untuk berpikir, hingga akhirnya mengakibatkan penderita mengalami koma.

Pencegahan Hepatitis C

Hingga saat ini, belum ada vaksin khusus untuk mencegah hepatitis C. Meski demikian, ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi virus hepatitis C, yaitu:

  • Mencuci tangan secara teratur dengan air dan sabun, terutama setelah beraktivitas di luar ruangan dan sebelum makan.
  • Tidak menggunakan NAPZA, apalagi berbagi jarum suntik dengan pengguna lainnya.
  • Tidak berbagi penggunaan barang pribadi, seperti alat cukur, sikat gigi, dan gunting kuku, karena mudah tercemar dengan darah.
  • Berhati-hati saat ingin ditindik atau ditato. Pilihlah tempat tindik atau tato yang terpercaya, dan pastikan bahwa peralatannya steril.
  • Menggunakan alat pelindung diri saat kontak dengan darah orang lain, terutama bagi petugas medis. Gunakanlah sarung tangan sekali pakai.
  • Menggunakan kondom saat berhubungan seksual, dan tidak berhubungan seks saat sedang menstruasi.
  • Meningkatkan kekebalan tubuh, dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang dan berolahraga secara teratur.
  • Menutup luka terbuka dengan plester, khusus untuk penderita hepatitis C. Hal ini dapat mencegah penularan kepada orang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar